PERSEKUTUAN DOA SENIN 09 MARET 2020
Rangkuman PD Senin III
(Senin, 09 Maret 2020)
Pembicara : Pdt Novida Lassa M.Th
Tema
“SEKSUALITAS MENURUT ALKITAB”
Tema ini sangat relevan dalam kehidupan manusia terkhususnya bagi anak muda, setiap dari kita memiliki pergumulan akan hal ini dan banyak dari kita bingung serta malu untuk mengungkapkan atau bercerita mengenai hal ini dengan siapa? Maka dari itu mari kita bahas sejenak mengenai tema ini. Apa sih ‘seksualitas menurut alkitab?’
Pergumulan mengenai masalah seks sudah sangat sering dan kita jumpai sepanjang jaman, pada masa Perjanjian Lama sudah sering terjadi berbagai penyimpangan seksual, misalnya:
1. Homoseksualitas (Kejadian 19 : 4-5; Imamat 18 : 22)
2. Incest (Imamat 20 : 17)
3. Hubungan seks dengan binatang (Imamat 18 : 23)
Beberapa hal tersebut sudah menjadi permasalahan yang terjadi pada Perjanjian Lama dan Tuhan sangat amat tidak menyukai akan pergumulan tersebut. Tidak hanya pada Perjanjian Lama pada Perjanjian Baru orang percaya juga harus menghadapi praktek homoseksualitas (Roma 1:27), perzinahan dengan pelacur (1 Korintus 6:13-20) serta pelacuran bakti dalam konteks agama-agama misteri dan gerakan feminisme kuno.
Situasi pada jaman modern juga tidak jauh berbeda, orang Kristen tetap berhadapan dengan isu penyimpangan seksual dari homoseksualitas, incest, feminism maupun moralitas baru yang bebas dan relatife. Semua ini berasal dari natur mannusia yang berdosa dan dipicu oleh kultur postmodernisme yang permisif. Orang Kristen perlu memahami konsep Alkitab yang benar tentang seks, sehingga mereka bisa menghargai keagungan dan kesucian seks.
Kita harus paham mengenai apa itu ‘manusia segambar dan serupa dengan Allah’. Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Bapa-bapa pada gereja abad pertama sampai teolog modern sekarang ini terus memperdebatkan arti frase ‘gambar dan rupa Allah’ dalam Kejadian 1:26-27. Penjelasan paling objektif sebenarnya sudah tertera oleh konteks ayat ini. Segambar dan serupa dengan Allah menunjukkan dua hal:
1. Manusia diberi potensi untuk menguasai alam semesta. Ayat 26 “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan Rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas…”
2. Manusia menyiratkan kejamakan dan ketunggalan Allah. Dalam teks ini kejamakan Allah yang dinyatakan dalam bentuk kata ganti orang pertama “Kita” dipadukan dengan ketungggalan-Nya yang dinyatakan melalui bentuk kata kerja tunggal “menjadikan” (kata kerja dalam bahasa ibrani dapat dibedakan menjadi kata kerja tunggal dan jamak berbeda dengan bahasa Indonesia). Hal ini sesuai dengan kejamakan dan ketunggalan dalam diri manusia. Kejamakan dan ketunggalan ini juga terlihat dari narasi di Kejadian 2:18-25.
Kesendirian adam dianggap tidak baik oleh Allah (ayat 18). Allah selanjutnya memberikan Hawa bagi Adam. Menariknya, tujuan Hawa diciptakan dan diberikan kepada Adam adalah supaya mereka menjadi satu (ayat 24). Bukankah ini menunjukan bahwa manusia memang diciptakan jamak tetapi tunggal sebagaimana Allah juga jamak tetapi tunggal? Jadi seksualitas merupakan bagian yang terpisahkan dari posisi manusia sebagai gambar dan rupa Allah di dunia.
‘Perintah’ untuk memenuhi bumi sangat berhubungan dengan tugas manusia sebagai gambar dan rupa Allah yang harus mengurusi alam ini. Begitu pentingnya hal ini, Allah bahkan memandang berdosa tindakan orang-orang yang hendak membangun menara Babel supaya mereka tidak terserak ke seluruh bumi (Kejadian 11:4). Keintiman tersebut juga terlihat dari superioritas relasi suami-istri dibandingkan orang tua anak. Ayat 24 mengajarkan bahwa laki-laki harus meninggalkan ayah-ibunya dan bersatu dengan istrinya. Keintimsn tersebut juga terlihat dari ayat 24b. laki-laki dan perempuan harus menjadi satu. Menjadi satu disini pasti tidak hanya merujuk pada satu rumah, tetapi kesatuan yang paling dalam. Kesatuan ini tidak boleh dipisahkan oleh manusia (Matius 19:4-6). Tidak heran, Paulus menganggap laki-laki yang mengikatkan diri dengan pelacur sebagau “menjadi satu tubuh” dengan pelacur itu (1 Korintus 6:16).
Jadi menurut Alkitab seksualitas adalah hubungan yang intim serta sakral. Banyak diantara kita yang menyalah artikan dari ‘perintah-perintah’ Allah tersebut. Pada jaman yang modern ini penyimpangan seksual semakin dinormalisasikan oleh masyarakat umum, menganggap hal tersebut sudahlah termasuk dalam ‘kategori permasalahan biasa’ karena sudah terbiasa terjadi dalam lingkungan. Kita sebagai orang Kristen harus mengetahui dan mengerti bahwa hal tersebut tidak dapat di toleransikan oleh Allah. Tuhan Yesus Memberkati.
Komentar
Posting Komentar